Pikirkanlah Setiap Potongan Gambar

Saat menonton video, kita hanya bisa melihat ke arah kamera membidik. Kalau kamera melihat hal yang sama terlalu lama atau tidak melihat sesuatu yang ingin penonton lihat, penonton akan bosan.

Pertandingan olahraga di TV biasa diliput dengan belasan hingga puluhan kamera yang berbeda—setiap beberapa detik pindah ke gambar yang berbeda. Dan setiap gambar berfokus pada informasi yang baru. Setiap gambar memiliki arti, dan pemotongan antar gambar tersebut memberikan banyak informasi tanpa membuat penonton bosan.

Setiap kali membidikkan kamera, pikirkanlah, siapa yang akan kita bidik? Apa yang sedang mereka lakukan? Apakah itu menarik? Jika tidak, potong saja dan carilah sesuatu yang lain untuk direkam.

Jangan menyalakan kamera secara nonstop. Sekalipun kita akan mengeditnya, tapi ini adalah kebiasaan buruk yang hanya akan membuang-buang waktu, karena kita harus menonton puluhan potongan video yang tak berguna dan tak bisa dipakai.

Rekam Ketika Bagian Putih Mata Subjek Terlihat

Orang-orang mengkomunikasikan setengah dari apa yang mereka ungkapkan dari mulut mereka dan setengah lainnya dengan mata mereka. Jika kita melewatkan matanya, kita akan melewatkan setengah dari pesannya.

Pola-pola halus pada wajah membentuk setengah komunikasi antarmanusia.

Video kita langsung jadi 200 persen lebih baik jika kita tetap berada dekat dengan subjek untuk menangkap dengan jelas bagian putih mata mereka.

Selalu Ambil Gambar dengan Durasi di Bawah 10 Detik

Potongan-potongan gambar yang pendek adalah bagian dari bahasa film modern.

Gabungan video yang pendek yang berbeda memiliki lebih banyak informasi dan perasaan, dibandingkan jika videonya merekam secara terus-menerus.

Menge-zoom dengan Kaki

10x zoom = 10x lebih bergoyang.

Gunakanlah alat-alat perekaman yang membantu kita mengatasi kamera goyang karena tangan kita. Untuk mencegah kamera goyang, kita bisa memasangkan tripod atau stabilizer—atau memanfaatkan bidang datar di sekitar lokasi.

Untuk mendapatkan close-up yang bagus, atur lensa kamera sampai mentok di sudut lebar (alias tidak di-zoom sama sekali). Berjalanlah secara fisik untuk mendekati subjek, kemudian ambillah gambar.

Hal yang perlu diingat mengenai zoom digital:

Jangan. Jangan pernah enggunakannya.

Jangan Bergerak! Jangan Goyang! Dan Jangan Menge-zoom Selama Pengambilan Gambar!

Perlakukan kamera video seperti kamera foto.

Bidikkan lensa. Jauhkan jari kita dari tombol zoom. Lihat ke layar LCD untuk memastikan gambarnya bagus. Dan, tekan start.

Berhentilah setelah mendapatkan gambar, dan ulangi. Ritme yang kita ikuti adalah Pindah, Bidik, Rekam, Berhenti.

Aturlah Agar Cahaya Datang dari Arah Belakang Kamera

Kamera akan bingung saat dia harus berurusan dengan beberapa tingkat pencahayaan berbeda dalam pengambilan gambar yang sama.

Sebagian besar kamera video akan mengekspos objek yang paling besar dan paling terang di dalam frame.

Jika cahaya berada di depan kamera, maka latar belakang subjek akan selalu lebih terang. Subjek yang kita rekam akan jadi gelap.

Jika sumber cahaya tetap berada di belakang kamera, cahayanya akan jatuh menerpa subjek. Mereka akan menjadi bagian yang terang di dalam frame. Dan kita akan bisa melihatnya.

Nonaktifkan Efek Digital Kamera

Kalau kita mengambil video yang bagus dan bersih, kita bisa selalu menambahkan efek-efek yang kita inginkan nanti, menggunakan salah satu dari banyak program pengeditan komputer yang dirancang untuk hal itu.

Tapi kalau kita langsung merekam video dengan aplikasi efek bawaan kamera, kita tidak akan pernah bisa menghilangkannya. Video kita terjebak dengan efek itu selamanya.

Berfokuslah Pada Hal yang Benar-benar Menarik

Setiap video akan jadi lebih baik saat kita mengaplikasikan prinsip yang terorganisasi, dan prinsip apa pun itu, hampir tak masalah.

Bidik konsentrasi wajah subjek, apa yang dilakukanya, reaksi penonton, apa yang penonton lihat, dan bagaimana suasana lokasi.

Carilah sesuatu untuk difokuskan—seseorang atau sudut yang menarik—dan video kita akan langsung jadi lebih menarik.

Jangan Menggunakan Teks yang Amatir

Jangan pakai teks, kecuali itu memang benar-benar penting.

Berikut beberapa tips yang penting untuk diterapkan jika hendak menggunakan teks:

  • Buatlah teksnya pendek dan kata-katanya sederhana. Gunakan font yang sederhana dan mudah dibaca (font kategori sans-serif).

  • Jangan biarkan teks mengganggu bagian penting dalam gambar dan pastikan teksnya tetap mudah dibaca.

  • Taruhlah di atas atau di sepertiga bawah layar.

  • Gunakan huruf berwarna putih di atas latar belakang hitam atau hitam di atas warna terang—jangan tambahkan shadow, outline, underline, motion, maupun glow.

  • Jangan menggunakan penulisan secara vertikal.

  • Kalau latar belakang gambar kita setengah-terang sehingga teks sulit dibaca dengan warna teks hitam maupun putih, taruhlah kotak persegi panjang sederhana di belakang teks.

  • Tampilkan teks pada layar sekitar satu-ketuk lebih panjang dari waktu yang kita butuhkan untuk membacanya dengan lantang.

Seperti segala sesuatu di dalam video, usahakan teks tetap sederhana tapi elegan.

Buatlah Video yang Singkat

Apa pun yang pantas yang pantas diucapkan di dalam video, sepantasnya diucapkan dengan singkat.

Iklan TV menceritakan kisah yang lengkap, menghibur kita, dan menjual kepada kita—semuanya dalam 30 detik.

Cara terbaik untuk membuat video kita jadi lebih pendek adalah dengan meniatkannya untuk menjadi pendek sejak awal.

Kalau kita ragu, potong saja.

Gunakanlah mikrofon eksternal

Sebagian besar kamera video mengatur tingkat suaranya sendiri. Itu berarti mereka mengambil apa pun yang mereka dengar dan memperkerasnya ke tingkat yang konstan dan bisa di dengar.

Sayangnya, jika kamera mendengar suara berisik di sekitarnya, mereka juga akan memperkerasnya. Bunyi berisik lalu lintas, sirine, dan suara kerumunan—semuanya diperkeras.

Kalau kita berada sedekat mungkin dengan subjek, masalahnya akan lebih sedikit.

Untuk membuatnya tak ada masalah sama sekali gunakan mic clip on yang bagus. Jepitkan ujung mic ke baju subjek, dan masalah suara ini pun akan berakhir.

Sumber:

Stockman, S. (2011). How to Shoot Video That Doesn’t Suck: Advice to Make Any Amateur Look Like a Pro. Workman Publishing.