Mengenal Kecerdasan Buatan: Definisi, Dasar, dan Pendekatan

Kecerdasan buatan, atau yang lebih sering kita dengar sebagai Artificial Intelligence (AI), kini sudah hadir di hampir semua aspek kehidupan. Dari rekomendasi film di aplikasi streaming, chatbot layanan pelanggan, sampai mobil tanpa sopir — semua itu adalah buah dari penelitian panjang tentang bagaimana membuat mesin bisa “cerdas” seperti manusia.

Tapi sebenarnya, apa itu AI? Dari mana asal idenya? Mari kita bahas dengan bahasa yang lebih sederhana.


Apa Itu AI Menurut Para Ahli

Sejak tahun 1970-an, banyak ilmuwan mencoba mendefinisikan AI. Hasilnya beragam, tergantung dari sudut pandang mereka.

  • Allen Newell & Herbert Simon (inspirasi awal AI): AI adalah tentang bagaimana komputer bisa “berpikir” seperti manusia.
  • Bellman (1970-an): AI adalah otomasi aktivitas yang biasanya dilakukan otak manusia, seperti mengambil keputusan dan memecahkan masalah.
  • Haugeland (1985): AI adalah upaya membuat komputer benar-benar bisa berpikir, bukan sekadar menjalankan perintah.
  • Charniak (1985): AI adalah studi tentang kemampuan mental dengan bantuan model komputer.
  • Kurzweil (1990): AI adalah seni menciptakan mesin yang bisa melakukan fungsi yang butuh kecerdasan jika dilakukan manusia.
  • Rich & Knight (1991): AI adalah upaya membuat komputer melakukan hal-hal yang biasanya manusia lebih unggul.
  • Winston (1992): AI adalah studi tentang perhitungan yang memungkinkan persepsi, penalaran, dan tindakan.
  • Luger (1993): AI adalah cabang ilmu komputer yang fokus pada otomatisasi perilaku cerdas.
  • Dean (1995): AI adalah desain program komputer yang bisa bereaksi cerdas terhadap berbagai situasi.
  • Nilsson (1998): AI berkaitan dengan perilaku cerdas pada artefak buatan.

Kalau dilihat, ada dua benang merah:

  1. Ada yang menekankan “berpikir” seperti manusia (kognisi, logika).
  2. Ada yang lebih fokus pada “bertindak” seperti manusia (perilaku nyata).

Tiga Dasar Utama AI

Agar bisa bekerja cerdas, AI dibangun di atas tiga pilar penting:

  1. Pengetahuan (Knowledge) AI harus “tahu sesuatu”. Pengetahuan ini bisa berupa fakta, aturan, atau pola. Misalnya dalam NLP (Natural Language Processing), AI belajar arti kata-kata, tata bahasa, dan konteks percakapan agar bisa memahami bahasa manusia.

  2. Komputasi (Computation) Otak AI adalah algoritma. Algoritma inilah yang memberi tahu mesin bagaimana cara mengambil keputusan, mencari solusi, atau mengenali pola. Misalnya, algoritma pencarian Google atau sistem rekomendasi di YouTube.

  3. Pembelajaran (Learning) AI menjadi pintar karena belajar dari data dalam jumlah besar. Contohnya, mobil otonom belajar dari jutaan gambar jalan, rambu, dan situasi lalu lintas agar bisa mengenali lingkungan dan membuat keputusan.


Empat Pendekatan AI

Kalau kita kelompokkan, ada empat cara pandang tentang AI:

PendekatanManusiawiRasional
BerpikirMeniru cara otak manusia berpikir (psikologi, kognitif)Menggunakan logika dan aturan formal
BertindakMeniru perilaku manusia (contoh: Turing Test, kalau ngobrol dengan chatbot terasa seperti manusia)Bertindak optimal sesuai tujuan (contoh: algoritma catur yang mencari langkah terbaik)

Contohnya:

  • ChatGPT lebih mendekati bertindak manusiawi (berkomunikasi dengan bahasa natural).
  • AlphaGo (AI yang mengalahkan juara dunia Go) lebih ke bertindak rasional (memilih langkah paling optimal).

Fondasi AI: Campuran Banyak Ilmu

AI tidak lahir dari nol. Ia adalah gabungan dari banyak disiplin ilmu:

  • Filsafat: memberikan dasar pertanyaan tentang pikiran, logika, dan pengetahuan.
  • Matematika: menyediakan alat formal seperti logika, probabilitas, dan aljabar yang menjadi dasar algoritma.
  • Ekonomi: menyumbang teori keputusan dan optimasi, membantu AI membuat pilihan terbaik.
  • Psikologi: memberi inspirasi tentang bagaimana manusia belajar dan berpikir.
  • Neurosains: memengaruhi lahirnya neural networks, tiruan sederhana dari jaringan otak manusia.
  • Linguistik: membantu AI memahami bahasa, dari tata bahasa hingga makna.

Penutup

Kecerdasan buatan bukan sekadar mesin pintar, tetapi hasil dari perjalanan panjang ilmu pengetahuan yang menggabungkan filsafat, matematika, ekonomi, psikologi, neurosains, dan linguistik. Definisinya mungkin beragam, tapi intinya sama: AI adalah upaya membuat mesin bisa berpikir dan bertindak cerdas.

Kini, AI sudah ada di sekitar kita dan terus berkembang. Tantangannya adalah bagaimana kita memanfaatkannya secara bijak, agar benar-benar menjadi alat bantu manusia, bukan pengganti manusia.